Stek Daun
Bahan awal perbanyakan yang dapat digunakan pada stek daun dapat
berupa lembaran daun atau lembaran daun beserta petiol. Bahan awal pada stek
daun tidak akan menjadi bagian dari tanaman baru. Penggunaan bahan yang
mengandung kimera periklinal dihindari agar tanaman-tanaman baru yang
dihasilkan bersifat true to type (Hartmann et al, 1997).
Akar dan tunas baru pada stek daun berasal dari jaringan meristem primer
atau meristem sekunder. Pada tanaman Bryophyllum, akar dan tunas baru berasal
dari meristem primer pada kumpulan sel-sel tepi daun dewasa, tetapi pada
tanaman Begonia rex, Saint paulia (Avrican violet), Sansevieria, Crassula dan
Lily, akar dan tunas baru berkembang dari meristem sekunder dari hasil pelukaan.
Pada beberapa species seperti Peperomia, akar dan tunas baru muncul dari
jaringan kalus yang terbentuk dari aktivitas meristem sekunder karena pelukaan.
Masalah pada stek daun secara umum adalah pembentukan tunas-tunas adventif,
bukan akar adventif. Pembentukan akar adventif pada daun lebih mudah
dibandingkan pembentukan tunas adventif (Hartmann, et al, 1997).
Secara teknis stek daun dilakukan dengan cara memotong daun dengan
panjang 7,5 – 10 cm (Sansevieria) atau memotong daun beserta petiolnya
kemudian ditanam pada media (Hartmann et al, 1997). Untuk Begonia dan
Violces, perlakuan kimia yang umum dilakukan adalah penyemprotan dengan
IBA 100 ppm.
Stek Umbi
Pada stek umbi, bahan awal untuk perbanyakan berupa umbi, yaitu: umbi
batang, umbi kakr, umbi sisik, dan lain-lain. Senagai bahan perbanyakan, umbi
dapat digunakan utuh atau dipotong-potong dengan syarat setiap potongannya
mengadung calon tunas. Untuk menghindari terjadinya busuk pada setiap
potongan umbi, maka umbi perlu dierandap dalam bakterisida dan fungisida.
Contoh tanaman yang bisa diperbanyak dengan stek umbi antara lain: Solanum
tuberosum,
Ipomoea batatas, Caladium, Helianthus tuberosus, Amarilis, dan lain-
lain.
lain.
Stek Batang
Bahan awal perbanyakan berupa batang tanaman. Stek batang
dikelompokkan menjadi empat macam berdasarkan jenis batang tanaman, yakni:
berkayu keras, semi berkayu, lunak, dan herbaceous.
Bahan tanaman yang biasa diperbanyak dengan stek batang berkayu keras
antara lain: apel, pear, cemara, dan lain-lain, dengan perlakuan kimia IBA atau
NAA 2500 – 5000 ppm. Panjang stek berkisar antara 10 – 76 cm atau dua buku
(nodes). Stek batang semi berkayu, contohnya terdapat pada tanaman Citrus sp.
dengan perlakuan kimia yang sudah umum yaitu IBA dan NAA 1000 – 3000 ppm
dan panjang stek 7,5 – 15 cm. Pada stek batang semi berkayu ini, daun-daun
seharusnya dibuang untuk mengendalikan transpirasi. Disamping itu, pelukaan
sebelumnya mungkin dapat membantu pengakaran. Untuk stek batang berkayu
lunak, contohnya terdapat pada tanaman Magnolia dengan perlakuan IBA atau
NAA 500 – 1250 ppm dan panjang stek 7,5 – 12,5 cm. Pada stek batang berkayu
lunak ini umumnya akar relatif cepat keluar (2 – 5 minggu).
Stek batang yang tergolong herbaceus, dilakukan pada tanaman
Dieffenbachia, Chrisanthemum, dan Ipomoea batatas. Pada dasarnya perlakuan
auksin tidak pdiperlukan pada stek batang herbaceous ini, tetapi kadang diberikan
IBA atau NAA 500 –1250 ppm dan panjang stek yang biasa digunakan adalah 7,5
– 12,5 cm (Hartmann et al, 1997).
Sumber: http://id.shvoong.com/
Setek atau cutting merupakan salah satu teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif. Setek
merupakan pemotongan organ dari induk yang kemudian ditanam di medium
agar menumbuhkan akar dan tunas batang. Setek banyak dilakukan untuk
memperbanyak tanaman hias dan tanaman buah.
Keunggulan setek:
- Sifat tanaman baru sama dengan sifat induknya.
- Bagian tanaman induk yang diperlukan sebagai bahan setek relatif sedikit, sehingga tidak merugikan tanaman induk.
- Menghasilkan tanaman yang sempurna yaitu tanaman yang telah memiliki akar, batang dan daun.
- Setek mudah dilakukan dan tidak memerlukan teknologi yang rumit.
- Biaya yang dikeluarkan sedikit dan waktu yang diperlukan relative singkat.
- Jumlah tanaman yang dihasilkan lebih banyak dari pada cangkok dan okulasi.
- Tanaman baru hasil setek memiliki keseragaman umur
Media yang diperlukan dalam perbanyakan setek adalah:
- Campuran tanah dan pupuk kandang yang sudah jadi dengan perbandingan ( 1 : 1 ).
- Campuran tanah, pasir halus dan pupuk kandang dengan perbandingan ( 1 : 1 : 1 ).
Cara perlakuan-perlakuan setek yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
- Setelah bahan setek dipisahkan dari tanaman induk (kecuali setek daun), bagian pangkal segera direndam dengan air atau dicuci dengan air yang mengalir. Tujuannya supaya jaringan pengangkut tidak terisi udara. Dengan demikian, bahan setek akan cepat menyerap air dan mineral dari media tanam.
- Untuk mempercepat pertumbuhan akar, dapat digunakan Rooton F. Pangkal setek dalam keadaan basah dimasukkan ke dalam Rooton F.
- Lembaran daun yang ada dibahan setek dipotong setengahnya. Pemotongan daun ini bertujuan untuk mengurangi penguapan.
Setek
dapat disemaikan dalam polibag atau bedengan selama bahan setek
disemai, keadaan lingkungan media semai harus terlindung dari sinar
matahari dan air hujan langsung dengan cara menyiapkan atap atau
naungan. Media semai harus disiram secara rutin supaya tetap lembab.
Pada musim kemarau setek disiram dua kali sehari sedangkan pada musim
hujan cukup disiram sehari sekali. Air sisa siraman harus dapat mengalir
secara lancer dari polibag atau bedengan.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kegagalan setek yaitu:
· Kondisi
batang yang masih muda, pada kondisi batang yang masih muda memiliki
kandungan karbohidrat rendah tetapi hormonnya cukup tinggi, hal ini yang
menyebabkan pucuk tumbuh lebih cepat dibandingkan akar.
· Kondisi
pisau yang kurang steril, agar pisau yang digunakan steril yaitu dengan
menggunakan alkohol, dengan menggunakan alkohol akan membersihkan
bakteri-bakteri yang terdapat pada pisau dan menghindari menempelnya
bakteri pada luka setek yang bisa menyebabkan kegagalandalam setek.
· Kekeringan.
Setek
atau Cutting merupakan salah satu teknik perbanyakan tanaman secara
vegetatif. Tanaman yang disetek, dipotong di salah satu bagiannya.
Potongan tanaman bisa langsung ditanam pada medium tanah. Setek bnyak
dilakukan untuk memperbanyak tanaman-tanaman hias dan tanaman buah,
seperti: anggur, markisa, sukun, jeruk nipis, apel, panili, sirih.
Sebagai alternarif perbanyakan vegetatif buatan, stek lebih ekonomis,
lebih mudah, tidak memerlukan keterampilan khusus dan cepat dibandingkan
dengan cara perbanyakan vegetatif buatan lainnya. Cara perbanyakan
dengan metode stek akan kurang menguntungkan jika bertemu dengan kondisi
tanaman yang sukar berakar, akar yang baru terbentuk tidak tahan stress
lingkungan dan adanya sifat plagiotrop tanaman yang masih bertahan.
Keberhasilan perbanyakan dengan cara stek ditandai oleh terjadinya
regenerasi akar dan pucuk pada bahan stek sehingga menjadi tanaman baru
yang true to name dan true to type.
Regenerasi
akar dan pucuk dipengaruhi oleh faktor intern yaitu tanaman itu sendiri
dan faktor ekstern atau lingkungan. Salah satu faktor intern yang
mempengaruhi regenerasi akar dan pucuk adalah fitohormon yang berfungsi
sebagai zat pengatur tumbuh. Boulline dan Went (1933) menemukan
substansi yang disebut rhizocaline pada kotiledon, daun dan tunas yang
menstimulasi perakaran pada stek. Menurut Hartmann et al (1997),
zat pengatur tumbuh yang paling berperan pada pengakaran stek adalah
Auksin. Auksin yang biasa dikenal yaitu indole-3-aceticacid (IAA),
indolebutyric acid (IBA) dan nepthaleneacetic acid (NAA). IBA dan NAA
bersifat lebih efektif dibandingkan IAA yang meruapakan auksin alami,
sedangkan zat pengatur tumbuh yang paling berperan dalam pembentukan
tunas adalah sitokinin yang terdiri atas zeatin, zeatin riboside,
kinetin, isopentenyl adenin (ZiP), thidiazurron (TBZ), dan benzyladenine
(BA atau BAP). Selain auksin, absisic acid (ABA) juga berperan penting
dalam pengakaran stek. Faktor intern yang paling penting dalam
mempengaruhi regenerasi akar dan pucuk pada stek adalah faktor genetik.
Jenis tanaman yang berbeda mempunyai kemampuan regenerasi akar dan pucuk
yang berbeda pula. Untuk menunjang keberhasilan perbanyakan tanaman
dengan cara stek, tanaman sumberseharusnya mempunyai sifat-sifat unggul
serta tidak terserang hama dan/atau penyakit. Selain itu, manipulasi
terhadap kondisi lingkungan dan status fisiologi tanaman sumber juga
penting dilakukan agar tingkat keberhasilan stek tinggi. Kondisi
lingkungan dan status fisiologi yang penting bagi tanaman sumber
diantaranya adalah:
1. Status air
Setek lebih baik diambil pada pagi hari dimana bahan setek dalam kondisi turgid.
2. Temperatur
Tanaman setek lebih baik ditumbuhkan pada suhu 12°C hingga 27°C.
3. Cahaya
Durasi
dan intensitas cahaya yang dibutuhkan tanaman sumber tergantung pada
jenis tanaman, sehingga tanaman sumber seharusnya ditumbuhkan pada
kondisi cahaya yang tepat.
4. Kandungan karbohidrat
Untuk
meningkatkan kandungan karbohidrat bahan setek yang masih ada pada
tanaman sumber bisa dilakukan pengeratan untuk menghalangi translokasi
karbohidrat.
Pada setek tanaman adenium (setek batang), yang dilakukan pada 2 batang adenium dengan perlakuan yang berbeda yaitu: perlakuan pertama dengan mengolesi growtone pada daerah luka, perlakuan kedua sebagai kontrol atau tidak diberi perlakuan. Setelah 2 minggu didapatkan hasil yaitu:
· Pada setek yang diolesi growtone menghasilkan 1 tunas, tinggi tunas 1 cm, jumlah daun 6 helai.
· Pada kontrol menghasilkan 2 tunas, tinggi tunas 2,5 cm-4,5 cm, jumlah daun 5 helai.
Sehingga
dapat disimpulkan bahwa tanaman yang yang tida diberi perlakuan/control
pertumbuhanmya lebih cepat dan menghasilkan daun lebih banyak
dibandingan tanaman yang diberi perlakuan dengan growton. Padahal
seharusnya tanaman yang diberi perlakuan dengan growtone lebih cepat
pertumbuhannya karena growton merupakan zat pengatur tumbuh untuk
mempercepat pertumbuhan akar. Untuk membuktikan apakah growtone
berpengaruh terhadap pertumbuhan batang kedua tanaman dicabut dan di
dapatkan hasil, baik tanaman yang diberi pelakuan dan yang tidak diberi
perlakuan kedua tanaman tidak tumbuh akar namun memiliki pucuk daun, hal
ini disebabkan oleh keadaan batang yang masih muda karena pada keadaan
batang yang masih muda memiliki kandungan karbohidrat yang rendah
sedangkan kandungan hormonnya tinggi, kejadian ini akan menyebabkan
hasil setekan akan tumbuh tunas terlebih dahulu. Padahal setek yang baik
harus tumbuh akar terlebih dulu kemudian baru disususul pemunculan
tunas daun.
Setek terdiri dari beberapa macam yaitu:
1. Stek Daun
Setek
daun merupakan salah satu teknik setek yang menggunakan bagian daun
tanaman atau daun yang bertunas. Tanaman yang bisa diperbanyak melalui
setek daun adalah tanaman hias seprti cocor bebek dan tanaman jeruk yang
berbuahnya masam banyak menyimpan energi sehingga lebih mudah disetek.
2. Stek Batang
Setek
batang merupakan salah satu perbanyakan vegetatif tanaman dengan
menggunakan potongan batang, cabang, atau ranting tanaman induknya.
Setek batang disebut juga setek kayu atau setek ranting. Setek
batang banyak digunakan untuk memperbanyak tanaman hias dan tanaman
buah. Syarat mutlak tanaman yang akan diperbanyak secar setek batang
adalah harus memiliki kambium.
3. Stek Umbi
Pada
stek umbi, bahan awal untuk perbanyakan berupa umbi, yaitu: umbi
batang, umbi kakr, umbi sisik, dan lain-lain. Sebagai bahan perbanyakan,
umbi dapat digunakan utuh atau dipotong-potong dengan syarat setiap
potongannya mengadung calon tunas. Untuk menghindari terjadinya busuk
pada setiap potongan umbi, maka umbi perlu dierandap dalam bakterisida
dan fungisida. Contoh tanaman yang bisa diperbanyak dengan stek umbi
antara lain: Solanum tuberosum, Ipomoea batatas, Caladium, Helianthus tuberosus, Amarilis, dan lain-lain.
Sumber : http://ika-akmala.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar